SELAMAT DATANG DI WEBSITE MOH NURUL JADID S .KOM KANGEAN ANGON ANGON TALAGEDEJE 2024-2025

2019 ~ SI JADID

kangean Islan



MOLL PALAZA SITY
































Share:
NAMA       MOH NURUL JADID
ALAMAT   KANGEAN
Hasil gambar untuk MEDIA ISLAMI
Hasil gambar untuk profil pondok pesantren sukorejo
Sejarah Awal
Pesantren yang berdiri di Sukorejo ini, pada awalnya adalah sebuah hutan lebat. Setelah mendapat saran dari Habib Musawa dan Kiai Asadullah dari Semarang, Kiai Syamsul Arifin, sebagai pendiri pondok, segera membabat hutan lebat tersebut sekitar tahun 1908 untuk mendirikan pesantren. Dipilihnya hutan yang banyak dihuni binatang buas tersebut, berdasarkan hasil istikharah . Kini pesantren tersebut telah menjadi agen pembangunan bagi masyarakat sekitarnya. Sosoknya tidak seperti œmenara gadingâ, tetapi justru terbuka dan menyatu dengan masyarakat sekitarnya. Tak heran, kalau masyarakat Situbondo merasakan manfaat atas kehadiran pondok pesantren ini.
PP Pondok Pesantren Salafiyah Safi’iyah Sukorejo berlokasi di desa Sukorejo Kecamatan Banyuputih didirikan tahun 1914 oleh Kiai Syamsul Arifin. Pondok pesantren ini menempati areal seluas 11,9 ha. Ciri khas pondok ini adalah perpaduan antara sistem salaf dan modern. Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah sudah sangat berkembang dengan jumlah santri mencapai kurang lebih 15000.
Para santri berasal dari seluruh Indonesia dan juga terdapat santri dari Singapura, Malasyia, dan Brunei Darussalam. Lembaga pendidikan yang dikembangkan di pesantren ini mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Saat ini pondok Pesantren Salafiyah Safi’iyah di asuh oleh KHR. ACHMAD FAWAID AS’AD

PROFIL KYAI AS’AD SYAMSUL ARIFIN PENGASUH PONPES SALAFIYAH SYAFI’IYAH ASEMBAGUS SITUBONDO
Kiai As’ad lahir tahur 1897 di Mekah ketika orangtuanya menunaikan ibadat haji.
Pendidikan: belajar di Pondok Tebuireng pimpinan K.H. Hasyim Asyari, PP Demangan Bangkalan asuhan KH. Syaikhona Cholil, PP Panji, Buduran, PP Tetango Sampang, PP Sidogiri Pasuruan, belajar di Mekkah selama 3 tahun berguru pada Sayyid Muhammad Amin Al-Qutby, Syekh Hasan Al-Massad, Sayyid Hasan Al-Yamani dan Syekh Abbas Al-Maliki, serta beberapa ulama besar lainnya.
Organisasi/karir: Setelah pemilu 1955, Kyai As’ad menjadi anggota konstituante sampai tahun 1959, Pada tahun 1971, Kyai As’ad menjadi DPRD Kabupaten Situbondo dan pada tahun 1977 beliau mendukung PPP karena NU saat itu mendukung PPP. Dan Rois Am NU 1983.

PROFIL KIAI AHMAD FAWAID AS’AD SYAMSUL ARIFIN PENGASUH PONPES SALAFIYAH SYAFI’IYAH ASEMBAGUS SITUBONDO
Secara mengejutkan KHR Ahmad Fawaid As’ad Syamsul Arifin meninggal dunia pada 9 Maret 2012 pukul 12.15 WIB di Graha Amerta Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo, Surabaya. Beliau wafat dalam usia yang masih relatif muda yaitu 43 tahun karena menderita penyakit jantung dan gula.

SISTEM PENDIDIKAN DI PONPES SALAFIYAH SYAFI’IYAH SUKOREJO ASEMBAGUS SITUBONDO
Di pondok ini selain dikembangkan pendidikan gaya pesantren, juga ditumbuhkan pendidikan umum, SMP, SMA, Ma’had Aly dan Institut Agama Islam Ibrahimy.

PENGASUH/PIMPINAN PONPES SALAFIYAH SYAFI’IYAH SUKOREJO ASEMBAGUS SITUBONDO
1. Kyai Haji (KH) Syamsul Arifin (pengasuh dan pendiri)
2. Kyai Haji As’ad Syamsul Arifin (alm)
3. KH. Ahmad Fawaid (alm)
Dan saat ini diasuh oleh KHR.Azaim Ibrahimy
Share:

Hasil gambar untuk pengasuh pp sukorejo

animasi-bergerak-kamera-foto-0003

foto dokpes

 

 

“Santri” identik dengan seseorang yang tinggal di Pondok Pesantren yang kesehariannya mengkaji kitab salaf atau kitab kuning, dengan tubuh dibalut sarung, peci, serta pakaian ala santri menjadi pelengkap dan menambah ciri khas tersendiri bagi mereka.

Asal-usul kata “santri” sendiri menurut DR. Nurcholis Majid (Cendekiawan Islam) sekurang-kurangnya ada dua pendapat yang dapat di jadikan bahan acuan. Pertama, berasal dari bahasa Sankskerta, yaitu "sastri", yang berarti orang yang melek huruf. Kedua, berasal dari bahasa Jawa, yaitu "cantrik", yang berarti seseorang yang mengikuti kyai di mana pun ia pergi dan menetap untuk menguasai suatu keahlian tersendiri.
Berbeda dengan pendapat DR. KH. M.A. Sahal Mahfudz (Rais ‘Aam PBNU dan Ketua Umum Pusat MUI) yang justru mengatakan bahwa kata “santri” berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata "santaro", yang mempunyai jama' (plural) sanaatiir (beberapa santri). Di balik kata “santri” tersebut yang mempunyai empat huruf Arab (sin, nun, ta', ra').

Adapun empat huruf tersebut yaitu :
Sin, yang bermakna dari lafadz "satrul aurah" (menutup aurat) sebagaimana layaknya kaum santri yang mempunyai ciri khas dengan sarung, peci, pakaian koko, dan sandal ala kadarnya sudah barang tentu bisa masuk dalam golongan huruf sin ini, yaitu menutup aurat. Namun pengertian menutup aurat di sini mempunyai dua pengertian yang keduanya saling ta'aluq atau berhubungan. Yaitu menutup aurat secara tampak oleh mata (dhahiri) dan yang tersirat atau tidak tampak (bathini).
Menutup aurat secara dhahiri gambarannya sesuai dengan gambaran yang telah ada menurut syari'at Islam. Mulai dari pusar sampai lutut bagi pria dan seluruh tubuh kecuali tangan dan wajah bagi wanita. Gambaran tersebut merupakan gambaran yang sudah tersurat dalam aturan-aturan yang sudah jelas dalam syari'at. Namun satu sisi yang kaitannya dengan makna yang tersirat (bathini) terlebih dahulu kita harus mengetahui apa sebenarnya tujuan dari perintah menutup aurat.
Manusia sebagai mahluk yang mulia yang diberikan nilai lebih oleh Allah berupa akal menjadikan posisi manusia sebagai mahluk yang sempurna dibandingkan yang lain. Dengan akal tersebutlah akan terbentuk suatu custom atau habitual yang tentu akan dibarengi dengan budi dan naluri, yang nantinya manusia akan mempunyai rasa malu jika dalam perjalanannya tidak sesuai dengan rel–rel yang telah di tentukan oleh agama dan habitual action atau hukum adab setempat.
Yang kaitannya dengan hal ini, tujuan utama manusia menutup aurat tak lain adalah menutupi kemaluan yang dianggap vital dan berharga. Andaikan manusia sudah tidak dapat lagi menutup kemaluannya yang vital dan berharga itu, berarti sudah dapat ditanyakan kemanusiaannya antara manusia dan makhluk yang lain semisal hewan.

Hal yang terpenting di sini adalah bagaimana manusia menutupi dan mempunyai rasa malu dalam hal sifat dan perilaku secara dhahiri dan bathini. Sebagaimana disinggung dalam salah satu hadits Nabi saw. : "al-haya'u minal iman", malu sebagian dari iman. Tentunya hal ini sudah jelas betapa besar pengaruhnya haya' atau malu dalam kacamata religius (agama) maupun sosial kemasyarakatan.

Nun, yang bermakna dari lafadz "na'ibul ulama" (wakil dari ulama). Dalam koridor ajaran Islam dikatakan dalam suatu hadits bahwa : "al-ulama warasatul anbiya' (ulama adalah pewaris nabi). Rasul adalah pemimpin dari umat, begitu juga ulama. Peran dan fungsi ulama dalam masyarakat sama halnya dengan rasul, sebagai pengayom atau pelayan umat dalam segala dimensi. Tentunya di harapkan seorang ulama mempunyai kepekaan-kepekaan sosial yang tahu atas problematika dan perkembangan serta tuntutan zaman akibat arus globalisasi dan modernisasi, serta dapat menyelesaikannya dengan arif dan bijak atas apa yang terjadi dalam masyarakatnya.
 

Kaitannya dengan na'ibul ulama, seorang santri di tuntut mampu aktif, merespon, sekaligus mengikuti perkembangan masyarakat yang diaktualisasikan dalam bentuk sikap dan perilaku yang bijak. Minimal dalam masyarakat kecil yang ada dalam pesantren. Sebagaimana yang kita tahu, pesantren merupakan sub-kultur dari masyarakat yang majemuk. Dan dengan didukung potensi yang dimiliki kaum santri itulah yang berfungsi sebagai modal dasar untuk memberikan suatu perubahan yang positif sesuai dengan yang diharapkan Islam.
Ta', yang bermakna dari lafadz "tarkul ma'ashi" (meninggalkan kemaksiatan). Dengan dasar yang dimiliki kaum santri, khususnya dalam mempelajari syari'at, kaum santri diharapkan mampu memegang prinsip sekaligus konsisten terhadap pendirian dan nilai-nilai ajaran Islam serta hukum adab yang berlaku di masyarakatnya selagi tidak keluar dari jalur syari'at.
Kaitannya hal tersebut yaitu seberapa jauh kaum santri mengaplikasikan apa yang telah mereka dapatkan dan sejauh mana pula ia memegang hubungan hablun minallah (hubungan vertikal dengan sang Khaliq) dan hablun minannas (hubungan horizontal dengan sosial masyarakat). Karena tarkul ma'ashi tidak hanya mencakup pelanggaran-pelanggaran hukum yang telah ditetapkan-Nya, tetapi juga hubungan sosial dengan sesama makhluk, baik manusia ataupun yang lain.
Ra', yang maknanya dari lafadz "raisul ummah" (pemimpin umat). Manusia selain diberi kehormatan oleh Allah sebagai makhluk yang paling sempurna dibanding yang lain. Manusia juga diangkat sebagai khalifatullah di atas bumi ini. Sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya "inni ja'ilun fil ardhi khalifah" (QS. Al-Baqarah : 30), yang artinya "Sesungguhnya Aku ciptakan di muka bumi ini seorang pemimpin."

Kemuliaan manusia itu ditandai dengan pemberian-Nya yang sangat mempunyai makna untuk menguasai dan mengatur apa saja di alam ini, khususnya umat manusia. Selain itu pula peranan khalifah mempunyai fungsi ganda. Pertama, ibadatullah (beribadah kepada Allah) baik secara individual maupun sosial, dimana sebagai makhluk sosial dalam komunitas berbangsa, umat Islam juga dituntut memberikan manfaat kepada orang lain dalam kerangka ibadah sosial. Kedua, 'imaratul ardhi, yaitu membangun bumi dalam arti mengelola, mengembangkan, dan melestarikan semua yang ada. Jika hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan manusia itu hukumnya wajib. Maka melestarikan, mengembangkan, serta mengelola pun hukumnya wajib. Sebagaimana di jelaskan dalam salah satu kaidah fiqih; "ma la yatimu bi hi wajib fahuwa wajibun", sesuatu yang menjadikan kewajiban maka hukumnya pun wajib.

Gambaran di atas merupakan suatu peran serta tanggung jawab seorang santri, dalam hal pengembangan sosial masyarakat. Di situlah diperlukan suatu mentalitas religius serta totalitas kesadaran, karena kaum santri-lah yang dapat dijadikan harapan dalam mengembalikan konsep-konsep ajaran Islam. Sebab, secara tidak langsung santri adalah generasi penerus perjuangan para ulama sekaligus pewaris para Nabi dalam mensyi’arkan dan meneruskan ajaran-ajaran Islam, baik dengan dakwah bil lisan (dengan ucapan/ceramah), dakwah bil kitabah (dengan karya/tulisan) maupun dakwah bil hal (dengan akhlak/perilaku). Maka, sudah seharusnya para santri dapat merealisasikan ilmu-ilmu yang didapat dari pesantren yang pernah disinggahinya. 

Sejarah dan Fungsi Pesantren
Pesantren adalah sebuah pemondokan atau tempat tinggal bagi para santri. Dalam sejarah Nabi saw. sebenarnya sudah ada kumpulan santri atau pencari ilmu yang tinggal di Masjid Nabawi. Mereka berdatangan dari berbagai daerah dari dalam maupun luar Madinah. Sebagian besar dari para sahabat tersebut rela datang ke Madinah untuk mendengarkan dan mempelajari ajaran baru, yaitu ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. Diantara mereka ada yang sambil bekerja dan ada juga yang dijatah oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Sahabat Abu Hurairah ra. adalah satu dari sekian banyak sahabat Nabi saw. yang pernah nyantri di Masjid Nabawi dibawah bimbingan langsung Rasulullah saw.
Adapun tradisi pesantren di Indonesia menurut sebagian ahli sejarah Islam dimulai oleh Sunan Ampel. Sunan Ampel mendirikan pemondokan berupa kamar-kamar bagi para santri. Dan Sunan Giri adalah satu diantara sekian banyak santri yang pernah mondok di pesantren asuhan Sunan Ampel.
Seiring berkembangnya zaman dan merebaknya teknologi modern, keberadaan pesantren semakin ditinggalkan. Padahal dari pesantren-lah muncul generasi-generasi muda Islam sebagai calon-calon ulama dan penyebar syari’at Islam di tengah-tengah masyarakat. Menurut saya, ada pergeseran pandangan masyarakat sekarang ini, mereka berpandangan bahwa mencari ilmu bisa didapat dari kitab-kitab terjemah ataupun lewat media internet. Pandangan mereka diperparah dengan ambisi dunia atau penguatan ekonomi dibanding mencari ilmu di Pesantren.
Hal inilah yang menjadikan generasi Islam masa depan menjadi semakin suram. Dan akibat dari pergeseran pandangan masyarakat tentang pesantren itulah yang menjadikan timbulnya bermacam-macam kasus di kalangan remaja dan pemuda. Maka, pandangan masyarakat yang mengatakan “Kalau anak saya mondok, nanti mau kerja apa” adalah salah besar dan perlu diluruskan. Karena, pesantren bukan tempat mendidik mencari kerja atau memudahkan mendapat pekerjaan. Pesantren adalah ladang atau tempat mendidik kemandirian dalam hidup dan tempat mencetak generasi Islam yang berilmu dan berakhlak mulia. Rasulullah pernah bersabda, “Barangsiapa yang menginginkan kebahagian dunia hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan akhirat hendaklah dengan ilmu dan barangsiapa menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat hendaklah dengan ilmu”. Jadi, sudah jelas bahwa pesantren merupakan sarana dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.












Share:

Share:

NAMA       :MOH NURUL JADID

ALAMAT   : KANGEAN 

cara Mengembalikan file yang terhapus


Recuva, aplikasi ini dapat mengembalikan file Anda yang hilang atau
terhapus dengan sengaja dan mengembalikanya. Termasuk antara lain adalah file yang dikosongkan dari recycle bin, serta gambar dan file-file lainya yang terhapus dari media penyimpanan seperti kartu memori, kamera digital, mp3 player, atau USB Flash Drive. Recuva juga dapat mengembalikan file-file yang telah terhapus akibat adanya bug atau kesalahan, sistem yang crash, dan virus.
Recuva
Klik untuk memperbesar
Recuva memiliki dua tampilan pengoprasian yaitu dengan Wizard atau dengan tammpilan standard. Saat pertama dijalankan Recuva akan menayangkan Wizard bagi Anda yang merasa perlu di pandu untuk mengembalikan data yang terhapus. Silahkan memilih tipe file yang akan dikembalikan. Ada bermacam-macam jenis file yang akan dicari, pilih saja Others yang akan menampilkan segala jenis file. Selanjutnya, pilih folder tempat file yang akan di kembalikan tersiimpan. Klik Start untuk memulai pencarian. Jika Anda ingin mencari file dengan lebih mendalam beri centang pada pilihan Enable Deep Scan. File yang telah ditemukan akan ditampilkan secara berurutan.
Untuk mengembalikan file yang terhapus ikuti langkah-langkah berikut:
1. Buka Recuva yang berada di Start Menu.
2. Klik Next pada jendela Wizard.
3. Pilih tipe file yang akan dikembalikan (untuk menampilkan semua jenis file centang other).
4. Pilih lokasi file yang terhapus (Jika Anda lupa lokasi file yang akan di kembalikan klik I’m Not Sure).
5. Centang Enable Deep Scan untuk mencari file dengan lebih mendalam (Jika dicentang proses pencarian file akan berlangsung relatif lebih lama).
6. Klik Start.
7. Jika file yang hilang sudah ditemukan centang file tersebut lalu klik kanan dan klik Recover Checked.
8. Pilih dimana Anda akan meletakan file yang akan dikembalikan tersebut, misa My Documents, klik OK.
9. Lihat folder My Documents dan file yang hilang telah kembali.
Untuk melakukan konfigurasi, Anda dapat mengklik tombol Options. Di dalamnya terdapat settingan General yang akan memberikan pilihan pada Secure Overwriting, mulai dari simple Overwriting ( 1 Pass) sampai Gutman (35 Pass). Sedangkan pada pilihan actions, ditampilkan metode scaning serta modus recovery.
Share:

Popular Posts

BIOGRAFI

NAMA MOH NURUL JADID

  • PENDIDIKAN, SD== SDN PABIAN .
  • SMP== SMPN 1 ARJASA +SMA== IBRAHIMY P2S2 SUKOREJO SITUBONDO.
  • PT== UNIVERSITAS SAINTEHNOLOGI P2S2 SUKOREJO.SITUBONDO.

HOBBI

KELILING DUNIA